Minggu, 14 Oktober 2012

Renungan Bulan Keluarga 15-19 Oktober 2012


Keluarga yang Hangat, Penuh Perhatian, dan Saling Mendukung

Pengantar

Keluarga adalah tempat dimana kita bertumbuh dan terbentuk. Di dalam keluargalah kita pertama-tama belajar hal-hal baru yang menjadi dasar segala tingkah laku kita. Apapun kepribadian keluarga kita, kita percaya di dalam Tuhan pasti ada perubahan ke arah yang lebih baik. Syaratnya adalah setiap anggota keluarga telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruslamatnya. Dengan menerima Kristus sebagai Tuhan perubahan akan terjadi dari dalam dan masing-masing anggota keluarga akan berusaha melakukan yang seharusnya agar keluarga mereka menjadi keluarga yang ideal; hangat, penuh perhatian, dan saling mendukung.

Di bawah ini ada beberapa kepribadian keluarga di lihat dari keseimbangan antara individualitas dan relasi antar anggota-anggotanya, menurut David Field. Ini diberikan sebagai gambaran dari keluarga seperti apa kita agar kita dapat melangkah ke arah yang lebih baik. Penting untuk selalu kita ingat bahwa menjaga HUBUNGAN adalah sasaran kita.
1. Keluarga Seimbang (yang paling ideal); adalah keluarga yang menghargai identitas diri masing-masing anak dan mendorong anak untuk mampu berelasi dengan orang lain. Mereka tidak takut akan perbedaan.
2. Keluarga Kuasa; adalah keluarga yang tidak menghargai individualitas dan cenderung kasar. Orang tua memaksakan kekuasaannya. Dan anak-anak tidak merasa dilindungi. Tapi mereka tahu benar bagaimana menyelesaikan tugas.
3. Keluarga Protektif; adalah keluarga yang terlalu melindungi anak-anak dimana orang tua tidak membuat anak menanggung akibat dari perbuatannya.
4. Keluarga Kacau; adalah keluarga dimana perhatian satu dengan yang lain terbatas. Mereka lebih merupakan teman sekamar daripada keluarga. Anak-anak disia-siakan atau diperlakukan kejam.
5. Keluarga Simbiotis; adalah keluarga yang menganggap bahwa individualitas adalah suatu bentuk ketidaksetiaan terhadap keluarga. Mereka lemah sebagai individu tapi kuat sebagai kelompok. Anak-anak merasa tertekan dalam keluarga dan merasa bersalah jika mereka ingin meninggalkan keluarga (setelah menikah).
6. Keluarga Traumatis; adalah keluarga manapun (diantara lima di atas), yang di dalamnya, kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian tertentu sungguh menghalangi berfungsinya keluarga itu secara efektif. Berdasarkan pengamatan penulis keluarga tersebut seperti; keluarga alkoholis, hiper-religius, keluarga abusive (termasuk pelecehan seksual), keluarga miskin.
                                                                                                                                                    Neti Estin, MA

Senin, 15 Oktober 2012
Keluarga yang Hangat
Yesaya 58:1-12

Sepasang suami istri muda pindah ke sebuah kota baru, jauh dari keluarga dan teman-teman. Pemindah barang tiba; pasangan itu mengeluarkan barang-barang kepunyaan mereka, dan si suami memulai pekerjaannya pada minggu berikutnya. Setiap hari ketika ia pulang ke rumah, istrinya menyambutnya di pintu dengan sebuah keluhan baru.

“Disini begitu panas“

“Tetangga-tetangga tidak ramah“

“Rumah ini terlalu kecil“

“Anak-anak membuatku pusing“

Dan setiap sore, suaminya akan memeluknya dengan lembut dan mendengarkan keluh-kesahnya. “Aku ikut bersedih,“ ia akan berkata demikian. “Apa yang dapat kulakukan untuk membantu?” Istrinya akan melunak dan menghapus air matanya, hanya untuk mengulangi scenario yang sama sore berikutnya.

Suatu malam suaminya berjalan ke pintu depan dengan sebuah tanaman bunga yang cantik. Ia menemukan sebidang tanah yang baik di halaman belakang dan menanam bunga itu. “Sayang,” katanya. “Setiap kali kamu merasa tidak puas, aku ingin kau pergi dan melihat tamanmu. Bayangkan dirimu sebagai tanaman bunga yang mungil itu. Dan saksikan bagaimana tamanmu bertumbuh.”

Setiap minggu si suami membawa pulang sebuah tanaman baru, semak bunga, atau rerumpunan mawar dan menanam mereka di halaman belakang. Istrinya memotong beberapa bunga dari tanaman-tanaman yang tumbuh itu dan memberikannya kepada seorang tetangga. Setiap pagi si istri mengairi taman itu dan menilai perkembangannya. Persahabatan dengan wanita-wanita lain di blok tempat tinggalnya bertumbuh, dan mereka meminta bantuannya dalam berkebun. Segera, mereka juga mencari nasihat rohani kepadanya.

Pada akhir tahun berikutnya, halaman rumah pasangan itu tampak seperti tampilan majalah Better Homes & Gardens (Rumah dan Taman yang Lebih Baik).                 

Kehangatan seorang suami mampu membuka pintu hati istri pada pemahaman baru, ide baru, dan kesempatan baru untuk melihat dunianya secara berbeda. Kasih sayang seorang suami kepada istrinya, tidak dapat disangkal, akan mengubah hati istri menjadi sebuah tanah yang subur bagi bertumbuhnya kasih, kebaikan, dan kepatuhan.

Doa: Supaya kasih dan kehangatan suami dan istri tidak luntur apapun yang sedang dihadapi
(Cerita diambil dari buku: Di Taman Bersama Tuhan)

Kita menghidupi diri dengan apa yang kita dapatkan. Tetapi kita menganyam kehidupan dengan apa yang kita berikan.                                                                                                               –Winston Churchill

Selasa, 16 Oktober 2012
Keluarga yang Penuh Perhatian
Yoh 9:1-11

Sebuah hubungan telepon mengubah kehidupan May dan Joe Lamke. Seseorang memohon bantuannya untuk mengangkat seorang anak. Pengabdiannya sebagai seorang perawat, dikombinasikan dengan kasih yang lembut dan halus dari wanita Inggris ini bagi anak-anak, telah memberinya reputasi sebagai pembuat mujizat, salah satu yang dibutuhkannya untuk tantangan yang dihadapinya hari itu,

Bayi laki-lak berumur enam bulan bernama Leslie itu dilahirkan sangat terbelakang dan menderita cerebal palsy (kerusakan otak). Dokter-dokternya telah mengambil kedua matanya yang rusak parah. May bekerja tanpa kenal lelah dan dengan setia minggu demi minggu, bulan demi bulan, tanpa perubahan nyata dalam tubuh yang seperti sayuran itu.

Ia dan suaminya, meski sudah berusia enampuluhan, masih meneruskan ritual-ritual mereka melatih, memberi makan, mengajak bicara, dan bahkan memutarkan rekaman musik bagi Leslie. Saat Leslie berusia tigabelas tahun mereka membeli sebuah piano, dan May mulai memainkan lagu-lagu sederhana untuk didengar Leslie. Masih saja, tak ada komunikasi, tak ada ekspresi, tak ada apa pun. Namun saat May berdoa agar Tuhan memberi Leslie sebuah bakat, kedua orangtua itu melihat intensitas (niat) yang ditunjukkan Leslie saat ia mendengarkan musik.

Lalu suatu hari pada usia enambelas tahun, Leslie menyeret dirinya sendiri ke piano di kamarnya, belum pernah berjalan sebelumnya, belum pernah memainkan satu nada pun sebelumnya, dan memainkan ”Konser Piano No.1” Karya Tchaikovsky dengan mulus.

Pasangan Lemkes mendapati bahwa Leslie dapat memainkan apa saja setelah mendengarkannya hanya satu kali. Mujizat-mujizat terus berlanjut dan suatu hari pasangan Lemkes mendengarkan suaranya yang mantap dan bariton menyanyikan lagu ”How Great Thou Art” (Aku Memuji KebesaranMu). Leslie yang tidak pernah menunjukkan ekspresi apa-apa, akhirnya menunjukkan emosinya ketika ia menyanyikan lagu ”Amazing Grace” (Ajaib Benar Anugerah). Ia menangis sekeras-kerasnya dan mengerti bahwa ia adalah manusia berdosa. Setelah itu ia belajar berbicara, berjalan sendiri, makan sendiri.

Perhatian yang terus menerus dan keyakinan orangtua akan memunculkan seorang anak yang luar biasa. Bersama Tuhan tidak ada yang mustahil.

Doa: Terima kasih untuk anak-anak dalam keluarga kita.



-Kisah nyata ini difilmkan dan dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=YbMx5jIWMkY dengan judul: ”The Women
 Who Willed With A Miracle”
-Konser Leslie Lamke bisa dilihat di:  
  banyak lagi di internet.


Rabu, 17 Oktober 2012
Keluarga yang Saling Mendukung
Mrk 10:7-9



I have fallen in love
with the same woman three times;
In a day spanning 19 years
of tearful joys and joyful tears.
I loved her first when she was young,
enchanting and vibrant, eternally new.
She was brilliant, fragrant,
and cool as the morning dew.
I fell in love with her the second time;
when first she bore her child and mine
always by my side, the source of my strength,
helping to turn the tide.
But there were candles to burn
the world was my concern;
while our home was her domain.
and the people were mine
while the children were hers to maintain;
So it was in those eighteen years and a day.
’till I was detained; forced in prison to stay.
Suddenly she’s our sole support;
source of comfort,
our wellspring of Hope.
on her shoulders felt the burden of Life.
I fell in love again,
with the same woman the third time.
Looming from the battle,
her courage will never fade
Amidst the hardships she has remained,
undaunted and unafraid.
she is calm and composed,
she is God’s lovely maid.
Saya telah jatuh cinta 
dengan wanita yang sama tiga kali;
 
Dalam satu hari mencakup 19 tahun
 
dari sukacita yang penuh tangisan dan air mata sukacita.
Aku mencintainya pertama kali  ketika ia masih muda, 
mempesona dan bersemangat, selalu baru.
 
Dia brilian, harum,
 
dan dingin seperti embun pagi.
Aku jatuh cinta dengannya  kedua kali; 
ketika ia melahirkan anak kami yang pertama
 
selalu di sisiku, sumber kekuatanku,
 
membantu tuk menyurutkan air pasang.
Tapi ada lilin-lilin membakar 
dunia adalah perhatian saya;
 
ketika rumah kami adalah huniannya.
 
dan orang-orang milikku
 
dan anak-anak miliknya terpelihara;
Jadi itu di tahun-tahun kedelapan belas dan satu hari. 
'Sampai aku ditahan, dipaksa untuk tinggal di penjara.
Tiba-tiba dialah satu-satunya dukungan kami; 
sumber ketenangan,
 
mata air Harapan kami.
 
di atas kedua bahunya terletakkan beban hidup.
Aku jatuh cinta lagi, 
dengan wanita yang sama ketiga kalinya.
 
Terbayang dari pertempuran,
 
keberaniannya tidak akan pernah pudar
Di tengah kesulitan dia tetap ada, 
tidak gentar dan tidak takut.
 
dia tenang dan teratur,
 
dia adalah hamba Allah yang penuh kasih.


Mungkin Saudara pernah membaca atau mendengar tentang puisi di atas. Itu adalah puisi yang tertulis di makam mantan senator Filipina Benigno ‘Ninoy’ Aquino Jr. untuk istrinya yang juga mantan presiden Filipina Corazon C. Aquino, setelah ia ditembak mati oleh rezim presiden Ferdinand Marcos. Cinta kasih diantara keduanya sangat kuat seperti dukungan Corazon terhadap visi suaminya. Corazon terus berjuang untuk demokrasi di Filipina dan akhirnya ia berhasil menjadi presiden. Bahkan dukungan tidak hanya berasal dari sang istri, anak-anak mereka pun mendukung perjuangan ayah mereka. Terbukti bahwa salah satu diantara mereka menjadi presiden yakni Presiden Benigno Aquino III. Satu hal yang saya pelajari, Ninoy sebelum wafatnya, dari dalam penjara ia selalu menulis surat kepada anak dan istriya mengenai apa harapan dan cita-citanya. Jadi untuk mendapatkan dukungan, kita perlu menyampaikan tujuan kita kepada anggota keluarga yang lain serta diikuti dengan menunjukkan keteladanan dari diri sendiri.

Doa: ”Tuhan jadikan kami keluarga yang bersatu dan saling mendukung satu dengan yang lain.”



                  Puisi ini kemudian dinyanyikan
                  oleh Jose Mari Chan  dengan judul yang sama:
                 “I HAVE FALLEN IN LOVE
                 WITH THE SAME WOMAN THREE TIMES” 
                 bisa dilihat di: 

Kamis, 18 Oktober 2012
Masalah-masalah Dalam Keluarga
Kej 27: 6-17

Persoalan keluarga yang terjadi di dalam rumah pertama-tama adalah karena persoalan HUBUNGAN itu sendiri. Hubungan setiap anggota keluarga terutama adalah hubungan suami istri yang buruk, akan menjadi hal yang pertama, yang sedikit-demi sedikit mengikis kesatuan dan keharmonisan keluarga yang kemudian merabat kepada hubungan antar anak, serta hubungan anak-anak dengan anggota keluarga lain (seperti, kakek/nenek, om/tante yang ada di dalam rumah. Bisa jadi juga anggota itu adalah pembantu yang sudah sangat dipercaya) dan lebih luas lagi kepada keluarga jauh serta masyarakat di sekitarnya. Sebagai contoh: saya sering kali menonton acara: ’Solusi’ di TV. Dari berbagai cerita, rusaknya hubungan ayah dan ibu (karena pihak ketiga misalnya) adalah penyebab anak-anak menjadi ’rusak’; kecanduan narkoba, terjerumus dalam pergaulan bebas, dll. Memang ini tidak bisa menjadi patokan umum, tapi ini terjadi di dalam keluarga anak-anak Tuhan. Lain lagi sebuah contoh yang ada dalam buku: ’Liku-liku Problema Rumah Tangga’, hal.89. Ada seorang gadis yang bercerita kepada penulis bahwa ia sering kali dipukuli oleh ayahnya (ketika kecil) sampai babak belur dan dimasukkan ke sebuah kotak tertutup sampai ia minta dikeluarkan. Setelah dewasa ia baru tahu duduk perkaranya, bahwa jika ibunya tidak mau melayani ayahnya di tempat tidur, keesokkan harinya ayahnya akan memukuli anak-anaknya sampai babak belur.
Hubungan yang terjalin pasti memiliki pola seperti menjahit pakaian juga ada polanya. Pola hubungan Ishak dan Ribka adalah pola yang kurang baik. Dimana mereka memiliki anak kesayangan masing-masing (Kej 25:28) yang terlihat ’menggantikan komunikasi’ di antara mereka. Ishak sayang dengan Esau, Ribka kasih dengan Yakub, namun ayah dan ibu terlihat tidak dekat karena "maksud" ayah tidak disampaikan langsung kepada ibu atau apa yang diketahui Ribka tidak diberitahukan kepada Ishak mengenai perkataan Tuhan sebelum Ribka melahirkan, dimana yang tua akan menjadi hamba yang lebih muda (berbeda dengan hana yang menyampaikan kesusahan hatinya kepada Elkana suaminya. 1Sam 1:8). Jika ada komunikasi di antara mereka mungkin sekali peristiwa penipuan dan perpecahan/ perpisahan antara yakub dan Esau itu tidak akan terjadi. Meski pada akhirnya mereka berbaikan, dua bangsa besar; Israel (keturunan Yakub) dan Edom (keturunan Esau), selalu berperang.

Kita seharusnya dapat menghindari berbagai masalah keluarga jika suami-istri memiliki tiga pilar penyanggah (Intimacy/komunikasi, passion/kegairahan, commitment/kesetiaan) rumah tangga. Selain juga tentunya pola hubungan suami-istri yang baik. Pola hubungan suami-istri yang baik di bawah ini bisa menjaga kita dari berbagai masalah yang tidak perlu dan yang berkepanjangan. Pola tersebut antara lain adalah kebisaan dan kebiasaan:
-          Mengekspresikan emosi yang lembut ketika sedang marah. Ketika marah mengatakan bagaimana ”Saya merasa...” (Mis: ”Saya merasa tidak disayangi jika kepentinganku tidak didahulukan”) bukan menghakimi ”kamu selalu...!” (Mis: ”Kamu selalu tidak mau mengerti bahwa jam 7 seharusnya sudah pulang!)
-          Melakukan usaha perbaikan setelah perdebatan atau pertengkaran. Beberapa keluarga menerapkan pola: ’sebelum selesai duduk perkara masalah, tidak akan melakukan hal yang lainnya.’
-          Selalu mau ’minta maaf’ tidak hanya setelah pertengkaran/konflik, tapi juga setiap kali berespon emosional, dan ketika tidak memahami perasaan pasangan.
-          Menumbuhkan sifat/sikap yang positif sebagai hasil dari hubungan. Seperti kebiasaan-kebiasaan yang baru: belajar berolah-raga karena pasangan suka berolah raga, dll.
-          Selalu sensitif terhadap kelemahan masing-masing yang perlu didukung. Mis: istri selalu susah mengatakan ”tidak” pada permintaan orang lain, Suami mengingatkan bahwa istri perlu menolak hal yang tidak bisa ditanganinya.
-         Keterlibatan secara emosional satu dengan yang lain. Mis.: suami yang gusar mengenai pekerjaannya bercerita kepada istrinya mengapa ia gusar dan istri mendengarkan bahkan mendoakan, pada saat itu juga berdoa berdua untuk meminta solusi yang terbaik. Jika memang sangat menyakitkan dan perlu menangis, menangis bersama.
Pertanyaan : Apakah tiga pilar dalam pernikahan Saudara ada dan berjalan seimbang di rumah Saudara? Bagi Saudara apakah kebiasaan meminta maaf pada pasangan adalah hal yang dapat dilakukan?  

‘Buatlah keputusan memilih jodoh dengan hati-hati dan diiringi doa...karena Anda sedang mempertaruhkan diri Anda untuk selamanya’                                                                                                                                         –James C. Dobson


Jumat, 19 Oktober 2012
Mengatasi Masalah dengan ‘Bersukacita’
Filipi 4 : 4-7

Billy berusia 17 tahun pada saat seorang bekas petinju bayaran yang telah berubah menjadi penginjil, datang ke kota Charlote. Mordecai Ham, seorang penginjil yang berapi-api dan suka menunjuk orang-orang yang berdosa secara langsung.

Pemimpin-pemimpin Gereja di kota Charlote menganggap Mordecai Ham sebagai pengganggu. Mereka menolak permintaan izinnya untuk membangun sebuah tenda. Namun dengan pertolongan orang-orang awam, bekas petinju itu memasang tenda tepat di luar batas kota. Ia mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) selama beberapa minggu di kota tersebut.

Billy adalah seorang pemuda tinggi ramping, berambut ikal, dan pirang, setiap Minggu pergi ke gereja bersama orang tuanya yang saleh. Ia tidak merokok maupun minum-minuman keras. Walaupun ayahnya seorang pendukung kuat Mordecai Ham, Billy tidak bersusah-susah menghadiri sebelumnya, karena ada hal-hal lain yang harus dilakukannya.

Pengunjung Kebaktian Kebangunan Rohani itu cukup banyak bagi kota Charlote -- 5.000 orang. Orang-orang berkata bahwa itu merupakan jumlah terbesar yang pernah dialami penduduk Negara Bagian Carolina. Billy dan temannya di SMA berjalan melewati jalan kecil di antara deretan bangku dan duduk di bangku yang keras.

Khotbah yang disampaikan pengkhotbah berbadan besar itu sangat tidak berkesan bagi Billy, sampai pengkhotbah itu mengacungkan jari menunjuk ke arah Billy serta berteriak, "Kamu berdosa." Billy yang selalu siap menangkap bola tidak siap untuk main tangkap-tangkapan dengan pengkhotbah itu. Ia menundukkan kepalanya yang berambut pirang dan bersembunyi di belakang topi seorang wanita di depannya.

Dua malam kemudian Billy datang lagi, membawa seorang teman, namanya Albert McMakin. Selama beberapa malam seterusnya, kedua orang itu hadir bersama-sama. Penginjil yang berapi-api itu terus meyakinkan Billy bahwa ia harus memilih sorga atau neraka.

Pada suatu malam Billy membawa seorang teman lain, Grady Wilson. "Mari kita duduk di bagian paduan suara," usul Billy, walaupun ia tahu ia tidak dapat menyanyi. Maka kedua orang itu duduk di belakang mimbar (tempat paduan suara), selamat dari pandangan pengkhotbah yang suka memukul mimbar itu.

Mordecai Ham tidak menunjukkan jarinya kepada Billy malam itu, namun demikian Billy mendapat pukulan dari khotbahnya pada saat pengkhotbah itu berkata, "Malam ini, ada orang yang sangat berdosa di sini."

Ia mengatakan tentang saya, pikir Billy. Seseorang pasti telah memberi tahu dia bahwa saya ada di sini. Pengkhotbah itu mengakhiri khotbahnya dan memberi undangan bagi orang-orang yang mau bertobat.
Billy menahan napasnya pada saat paduan suara itu mulai menyanyi. Setelah menyanyi sebentar, ia tidak dapat bertahan lagi. "Ayo, Grady," ia berkata kepada temannya.

Kedua orang itu turun dari paduan suara dan berdiri di depan. Mengingat keputusannya, Billy Graham berkata, "Hal itu seperti tinggal di luar pada hari yang gelap dan sinar matahari menembus melalui lapisan awan. Segalanya tampak berbeda. Untuk pertama kalinya, saya merasakan sukacita dilahirkan kembali."

Rasul Paulus dalam ayat 4 juga berbicara mengenai sukacita. Sukacita itulah yang dimintanya selalu kita lakukan karena ”bersukacita” adalah sebuah kata kerja bukan sekedar perasaan. Kita bersukacita karena pertama, tidak ada hal yang lebih penting dibandingkan keselamatan yang sudah kita terima, yang patut kita kuatirkan. Sukacita itu sudah ada dalam hati kita. Seperti yang dialami Billy Graham dan kita rasakan pertama kali kita mengaku percaya, sukacita itulah yang terus harus kita rasakan. Memang rasanya tidak mungkin kita tidak kuatir; meski kita sudah tahu, kita masih saja tidak bisa menghilangkan kekuatiran. Pada saat seperti inilah kita hanya perlu bertindak dalam iman; ’just don’t worry’ /berhenti kuatir dan mulai bersukacita. Kedua, kita hanya perlu meletakkan segala kekuatiran itu ke tangan Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Ketiga, dengan bersukacita kita tidak hanya menghabiskan waktu untuk diri sendiri dan memikirkan jalan keluar atas masalah kita sendiri tapi kita juga masih punya waktu untuk membagikan kebaikan kepada orang lain.

Pertanyaan: Sudahkah kita bersukacita melewati setiap persoalan?

Allah dapat menyembuhkan hati yang hancur, tetapi Ia harus memiliki semua kepingannya.