Jumat, 11 Oktober 2013

Pendidik

Pendidik (1)
(keep in mind: Pendidik is everyone that have to teach someone)

Sering kali seorang guru mengatakan kepada muridnya apa yang salah dari diri murid tersebut. Dengan lantang dan jelas guru mengatakan kesalahan-kesalahan murid bahkan sambil memberikan bukti dan fakta bahwa ia benar-benar salah. Tapi guru sering lupa untuk memberi tahu apa dan benar dan kemudian mengajar si murid bagaimana ia dapat ke sana. Contoh: si Budi salah menulis kata "Bagaimana" dengan kata "Bagimana". Si guru mengatakan: "Ini salah! Masak menulis "bagaimana" saja tidak bisa? kamu kan sudah sekolah 5 tahun! sekolah dari kelas 1 sekarang sudah kelas 5 nulis "bagaimana" masih saja salah. Mau jadi apa kamu?" Si Budi hanya bengong dan mungkin bertanya-tanya dalam hatinya, sambil terdiam, berharap si guru melanjutkan bicaranya dengan nasihat yang baik. si guru berkata: "Sudah sana duduk di kursimu! dan kamu dihukum dengan tidak bisa mengikuti pelajaran berikutnya!" Jadi apa akhirnya si Budi? Mungkin ia akan jadi pengangguran dan tak tahu apa yang dapat ia lakukan.

Apakah demikian cara kita mendidik? Satu kalimat menunjukkan kesalahan seseorang, kalimat berikutnya seharusnya adalah tuntunan ke arah yang benar. Jika seekor burung saja bisa diajarkan bicara seperti manusia (http://www.youtube.com/watch?v=1PKwrvEXud0), apalagi seorang manusia yang memiliki akal budi dan kepandaian luar biasa? (http://www.youtube.com/watch?v=LfgZGm3nOOs)

Kata-kata kita mampu menciptakan seseorang seperti apa. Bukankah Tuhan juga demikian? Dengan berfirman (berkata saja) Tuhan menciptakan dunia ini. Kita adalah gambar dan rupa Allah (Galatia 3:7 mengatakan bahwa kita yang dibabtis dalam Kristus telah mengenakan Kristus dan dalam Ibr 1:3 Kristus disebut sebagai gambar wujud Allah (atau karakter dalam bhs yunaninya). Suatu karakter berarti bisa seperti cetakannya. Daud mengerti bahwa Allah begitu menghargai kita bahkan menganggap kita hampir sama sepertiNya (Mzm 8:5) kita juga bisa menciptakan manusia-manusia yang lebih baik dan berguna.

Pendidik (2)

Si Budi mungkin bukannya tidak bisa menulis krn kalau dia tidak bisa menulis,seharusnya dia tidak bisa naik kelas. Mungkin saja waktu menulis Budi masih ngantuk,temannya mengganggu,atau ada hal lain yang membuat Budi salah menulis. Mungkin saja sebelum pergi sekolah,Budi dimarah2i ibunya dengan kata2 yang abusive (merendahkan dan membebani secara emosi spt kata "Bodoh,idiot,tidak berguna,dll" mirip dg yang dikatakan si guru) yang membuat Budi tidak bisa berpikir dg baik di sekolah.

Menjadi pendidik,ternyata tidak hanya dituntut untuk melihat fakta sementara (precipitating factor) tapi juga harus mengerti menggali fakta sesungguhnya (predisposing factor). Budi tidak boleh dianggap bodoh (karena dia mungkin ia tidak pernah bicara/protes,atau mungkin memang wajah atau bentuk fisiknya yang tidak menarik), tapi mungkin ada faktor lain yang menyebabkan,yang ternyata jauh lebih penting.

Menjadi seorang pendidik perlu juga untuk tidak dengan mudah menghakimi,karena penghakiman kita,jika tidak ada dasar yang jelas,pada akhirnya itu hanyalah sebuah fatamorgana (bayang-bayang) pikiran kita sendiri.

Bagi sebagian besar kita, masalah terbesar kita adalah, tidak mengerti atau kurangnya pengetahuan tentang bagaimana harus hidup dan melaluinya dengan cara yang bijak. Banyak orang yang perlu diajarkan tentang 'way of life'. Seorang pendidik yang baik tidak hanya mengajarkan teori tapi juga mengajarkan bagaimana menerapkan itu. Syukur-syukur (alangkah lebih baik) disertai juga dengan teladan (meski setiap kita juga bergumul untuk menerapkannya).

"Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu,karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau." (1 Tim 4:16).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar