Keluarga
yang Hangat, Penuh Perhatian, dan Saling Mendukung
Pengantar
Keluarga adalah tempat dimana kita bertumbuh dan terbentuk. Di
dalam keluargalah kita pertama-tama belajar hal-hal baru yang menjadi dasar
segala tingkah laku kita. Apapun kepribadian keluarga kita, kita percaya di
dalam Tuhan pasti ada perubahan ke arah yang lebih baik. Syaratnya adalah
setiap anggota keluarga telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruslamatnya. Dengan
menerima Kristus sebagai Tuhan perubahan akan terjadi dari dalam dan
masing-masing anggota keluarga akan berusaha melakukan yang seharusnya agar
keluarga mereka menjadi keluarga yang ideal; hangat, penuh perhatian, dan
saling mendukung.
Di bawah ini ada beberapa kepribadian keluarga di lihat dari
keseimbangan antara individualitas dan relasi antar anggota-anggotanya, menurut
David Field. Ini diberikan sebagai gambaran dari keluarga seperti apa kita agar
kita dapat melangkah ke arah yang lebih baik. Penting untuk selalu kita ingat
bahwa menjaga HUBUNGAN adalah sasaran kita.
1. Keluarga Seimbang (yang paling ideal); adalah keluarga
yang menghargai identitas diri masing-masing anak dan mendorong anak untuk
mampu berelasi dengan orang lain. Mereka
tidak takut akan perbedaan.
2. Keluarga Kuasa;
adalah keluarga yang tidak menghargai individualitas dan cenderung kasar. Orang
tua memaksakan kekuasaannya. Dan anak-anak tidak merasa dilindungi. Tapi mereka
tahu benar bagaimana menyelesaikan tugas.
3. Keluarga
Protektif; adalah keluarga yang terlalu melindungi anak-anak dimana orang tua
tidak membuat anak menanggung akibat dari perbuatannya.
4. Keluarga Kacau;
adalah keluarga dimana perhatian satu dengan yang lain terbatas. Mereka lebih
merupakan teman sekamar daripada keluarga. Anak-anak disia-siakan atau
diperlakukan kejam.
5. Keluarga
Simbiotis; adalah keluarga yang menganggap bahwa individualitas adalah suatu
bentuk ketidaksetiaan terhadap keluarga. Mereka lemah sebagai individu tapi
kuat sebagai kelompok. Anak-anak merasa tertekan dalam keluarga dan merasa
bersalah jika mereka ingin meninggalkan keluarga (setelah menikah).
6. Keluarga
Traumatis; adalah keluarga manapun (diantara lima di atas), yang di dalamnya,
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian tertentu sungguh menghalangi
berfungsinya keluarga itu secara efektif. Berdasarkan pengamatan penulis
keluarga tersebut seperti; keluarga alkoholis, hiper-religius, keluarga abusive
(termasuk pelecehan seksual), keluarga miskin.
Neti Estin, MA
Senin, 15 Oktober 2012
Senin, 15 Oktober 2012
Keluarga yang Hangat
Yesaya 58:1-12
Sepasang suami
istri muda pindah ke sebuah kota baru, jauh dari keluarga dan teman-teman.
Pemindah barang tiba; pasangan itu mengeluarkan barang-barang kepunyaan mereka,
dan si suami memulai pekerjaannya pada minggu berikutnya. Setiap hari ketika ia
pulang ke rumah, istrinya menyambutnya di pintu dengan sebuah keluhan baru.
“Disini begitu
panas“
“Tetangga-tetangga
tidak ramah“
“Rumah ini terlalu kecil“
“Anak-anak membuatku pusing“
Dan setiap sore, suaminya akan memeluknya dengan lembut dan
mendengarkan keluh-kesahnya. “Aku ikut bersedih,“ ia akan berkata demikian. “Apa
yang dapat kulakukan untuk membantu?” Istrinya akan melunak dan menghapus air
matanya, hanya untuk mengulangi scenario yang sama sore berikutnya.
Suatu malam suaminya berjalan ke pintu depan dengan sebuah
tanaman bunga yang cantik. Ia menemukan sebidang tanah yang baik di halaman
belakang dan menanam bunga itu. “Sayang,” katanya. “Setiap kali kamu merasa
tidak puas, aku ingin kau pergi dan melihat tamanmu. Bayangkan dirimu sebagai
tanaman bunga yang mungil itu. Dan saksikan bagaimana tamanmu bertumbuh.”
Setiap minggu si suami membawa pulang sebuah tanaman baru,
semak bunga, atau rerumpunan mawar dan menanam mereka di halaman belakang.
Istrinya memotong beberapa bunga dari tanaman-tanaman yang tumbuh itu dan
memberikannya kepada seorang tetangga. Setiap pagi si istri mengairi taman itu dan menilai perkembangannya. Persahabatan
dengan wanita-wanita lain di blok tempat tinggalnya bertumbuh, dan mereka
meminta bantuannya dalam berkebun. Segera, mereka juga mencari nasihat rohani
kepadanya.
Pada akhir tahun
berikutnya, halaman rumah pasangan itu tampak seperti tampilan majalah Better Homes & Gardens (Rumah dan
Taman yang Lebih Baik).
Kehangatan
seorang suami mampu membuka pintu hati istri pada pemahaman baru, ide baru, dan
kesempatan baru untuk melihat dunianya secara berbeda. Kasih sayang seorang
suami kepada istrinya, tidak dapat disangkal, akan mengubah hati istri menjadi
sebuah tanah yang subur bagi bertumbuhnya kasih, kebaikan, dan kepatuhan.
Doa: Supaya kasih
dan kehangatan suami dan istri tidak luntur apapun yang sedang dihadapi
(Cerita diambil dari buku: Di Taman Bersama Tuhan)
(Cerita diambil dari buku: Di Taman Bersama Tuhan)
Kita
menghidupi diri dengan apa yang kita dapatkan. Tetapi kita menganyam kehidupan
dengan apa yang kita berikan. –Winston Churchill
Selasa, 16 Oktober 2012
Keluarga yang Penuh Perhatian
Yoh 9:1-11
Sebuah hubungan
telepon mengubah kehidupan May dan Joe Lamke. Seseorang memohon bantuannya
untuk mengangkat seorang anak. Pengabdiannya sebagai seorang perawat,
dikombinasikan dengan kasih yang lembut dan halus dari wanita Inggris ini bagi
anak-anak, telah memberinya reputasi sebagai pembuat mujizat, salah satu yang
dibutuhkannya untuk tantangan yang dihadapinya hari itu,
Bayi laki-lak
berumur enam bulan bernama Leslie itu dilahirkan sangat terbelakang dan
menderita cerebal palsy (kerusakan otak). Dokter-dokternya telah mengambil
kedua matanya yang rusak parah. May bekerja tanpa kenal lelah dan dengan setia
minggu demi minggu, bulan demi bulan, tanpa perubahan nyata dalam tubuh yang
seperti sayuran itu.
Ia dan suaminya,
meski sudah berusia enampuluhan, masih meneruskan ritual-ritual mereka melatih,
memberi makan, mengajak bicara, dan bahkan memutarkan rekaman musik bagi
Leslie. Saat Leslie berusia tigabelas tahun mereka membeli sebuah piano, dan
May mulai memainkan lagu-lagu sederhana untuk didengar Leslie. Masih saja, tak
ada komunikasi, tak ada ekspresi, tak ada apa pun. Namun saat May berdoa agar
Tuhan memberi Leslie sebuah bakat, kedua orangtua itu melihat intensitas (niat)
yang ditunjukkan Leslie saat ia mendengarkan musik.
Lalu suatu hari
pada usia enambelas tahun, Leslie menyeret dirinya sendiri ke piano di
kamarnya, belum pernah berjalan sebelumnya, belum pernah memainkan satu nada
pun sebelumnya, dan memainkan ”Konser Piano No.1” Karya Tchaikovsky dengan
mulus.
Pasangan Lemkes
mendapati bahwa Leslie dapat memainkan apa saja setelah mendengarkannya hanya
satu kali. Mujizat-mujizat terus berlanjut dan suatu hari pasangan Lemkes
mendengarkan suaranya yang mantap dan bariton menyanyikan lagu ”How Great Thou Art” (Aku Memuji
KebesaranMu). Leslie yang tidak pernah menunjukkan ekspresi apa-apa, akhirnya
menunjukkan emosinya ketika ia menyanyikan lagu ”Amazing Grace” (Ajaib Benar Anugerah). Ia menangis sekeras-kerasnya
dan mengerti bahwa ia adalah manusia berdosa. Setelah itu ia belajar berbicara,
berjalan sendiri, makan sendiri.
Perhatian yang
terus menerus dan keyakinan orangtua akan memunculkan seorang anak yang luar
biasa. Bersama Tuhan tidak ada yang mustahil.
Doa: Terima kasih
untuk anak-anak dalam keluarga kita.
-Kisah nyata ini difilmkan dan
dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=YbMx5jIWMkY dengan judul: ”The Women
Who Willed With A Miracle”
-Konser Leslie Lamke bisa dilihat di:
http://www.wisconsinmedicalsociety.org/_SAVANT/_PROFILES/leslie_lemke/_media/video/1986/video.html,
dan masih
banyak lagi di internet.
Rabu, 17 Oktober 2012
Keluarga
yang Saling Mendukung
Mrk 10:7-9
I have fallen in love
with the same woman three times;
In a day spanning 19 years
of tearful joys and joyful tears.
with the same woman three times;
In a day spanning 19 years
of tearful joys and joyful tears.
I loved her first when she was young,
enchanting and vibrant, eternally new.
She was brilliant, fragrant,
and cool as the morning dew.
enchanting and vibrant, eternally new.
She was brilliant, fragrant,
and cool as the morning dew.
I fell in love with her the second time;
when first she bore her child and mine
always by my side, the source of my strength,
helping to turn the tide.
when first she bore her child and mine
always by my side, the source of my strength,
helping to turn the tide.
But there were candles to burn
the world was my concern;
while our home was her domain.
and the people were mine
while the children were hers to maintain;
the world was my concern;
while our home was her domain.
and the people were mine
while the children were hers to maintain;
So it was in those eighteen years and a day.
’till I was detained; forced in prison to stay.
’till I was detained; forced in prison to stay.
Suddenly she’s our sole support;
source of comfort,
our wellspring of Hope.
on her shoulders felt the burden of Life.
source of comfort,
our wellspring of Hope.
on her shoulders felt the burden of Life.
I fell in love again,
with the same woman the third time.
Looming from the battle,
her courage will never fade
with the same woman the third time.
Looming from the battle,
her courage will never fade
Amidst the hardships she has remained,
undaunted and unafraid.
she is calm and composed,
she is God’s lovely maid.
undaunted and unafraid.
she is calm and composed,
she is God’s lovely maid.
Saya telah jatuh cinta
dengan wanita yang sama tiga kali;
Dalam satu hari mencakup 19 tahun
dari sukacita yang penuh tangisan dan air mata sukacita.
dengan wanita yang sama tiga kali;
Dalam satu hari mencakup 19 tahun
dari sukacita yang penuh tangisan dan air mata sukacita.
Aku mencintainya pertama kali ketika ia masih muda,
mempesona dan bersemangat, selalu baru.
Dia brilian, harum,
dan dingin seperti embun pagi.
mempesona dan bersemangat, selalu baru.
Dia brilian, harum,
dan dingin seperti embun pagi.
Aku jatuh cinta dengannya kedua kali;
ketika ia melahirkan anak kami yang pertama
selalu di sisiku, sumber kekuatanku,
membantu tuk menyurutkan air pasang.
ketika ia melahirkan anak kami yang pertama
selalu di sisiku, sumber kekuatanku,
membantu tuk menyurutkan air pasang.
Tapi ada lilin-lilin membakar
dunia adalah perhatian saya;
ketika rumah kami adalah huniannya.
dan orang-orang milikku
dan anak-anak miliknya terpelihara;
dunia adalah perhatian saya;
ketika rumah kami adalah huniannya.
dan orang-orang milikku
dan anak-anak miliknya terpelihara;
Jadi itu di tahun-tahun kedelapan belas dan
satu hari.
'Sampai aku ditahan, dipaksa untuk tinggal di penjara.
'Sampai aku ditahan, dipaksa untuk tinggal di penjara.
Tiba-tiba dialah satu-satunya dukungan kami;
sumber ketenangan,
mata air Harapan kami.
di atas kedua bahunya terletakkan beban hidup.
sumber ketenangan,
mata air Harapan kami.
di atas kedua bahunya terletakkan beban hidup.
Aku jatuh cinta lagi,
dengan wanita yang sama ketiga kalinya.
Terbayang dari pertempuran,
keberaniannya tidak akan pernah pudar
dengan wanita yang sama ketiga kalinya.
Terbayang dari pertempuran,
keberaniannya tidak akan pernah pudar
Di tengah kesulitan dia tetap ada,
tidak gentar dan tidak takut.
dia tenang dan teratur,
dia adalah hamba Allah yang penuh kasih.
tidak gentar dan tidak takut.
dia tenang dan teratur,
dia adalah hamba Allah yang penuh kasih.
Mungkin Saudara
pernah membaca atau mendengar tentang puisi di atas. Itu adalah puisi yang tertulis
di makam mantan senator Filipina Benigno ‘Ninoy’ Aquino Jr. untuk istrinya yang
juga mantan presiden Filipina Corazon C. Aquino, setelah ia ditembak mati oleh
rezim presiden Ferdinand Marcos. Cinta kasih diantara keduanya sangat kuat seperti dukungan Corazon terhadap
visi suaminya. Corazon terus berjuang untuk demokrasi di Filipina dan akhirnya
ia berhasil menjadi presiden. Bahkan dukungan tidak hanya berasal dari sang
istri, anak-anak mereka pun mendukung perjuangan ayah mereka. Terbukti bahwa
salah satu diantara mereka menjadi presiden yakni Presiden Benigno Aquino III . Satu hal yang saya pelajari, Ninoy
sebelum wafatnya, dari dalam penjara ia selalu menulis surat kepada anak dan
istriya mengenai apa harapan dan cita-citanya. Jadi untuk mendapatkan dukungan,
kita perlu menyampaikan tujuan kita kepada anggota keluarga yang lain serta
diikuti dengan menunjukkan keteladanan dari diri sendiri.
Doa: ”Tuhan
jadikan kami keluarga yang bersatu dan saling mendukung satu dengan yang lain.”
Puisi ini kemudian dinyanyikan
oleh Jose Mari Chan dengan judul yang sama:
“I HAVE FALLEN IN LOVE
WITH THE SAME WOMAN THREE TIMES”
bisa dilihat
di:
|
Kamis, 18 Oktober 2012
Masalah-masalah Dalam Keluarga
Kej 27: 6-17
Persoalan
keluarga yang terjadi di dalam rumah pertama-tama adalah karena persoalan
HUBUNGAN itu sendiri. Hubungan setiap anggota keluarga terutama adalah hubungan
suami istri yang buruk, akan menjadi hal yang pertama, yang sedikit-demi
sedikit mengikis kesatuan dan keharmonisan keluarga yang kemudian merabat
kepada hubungan antar anak, serta hubungan anak-anak dengan anggota keluarga
lain (seperti, kakek/nenek, om/tante yang ada di dalam rumah. Bisa jadi juga anggota
itu adalah pembantu yang sudah sangat dipercaya) dan lebih luas lagi kepada
keluarga jauh serta masyarakat di sekitarnya. Sebagai contoh: saya sering kali menonton acara: ’Solusi’
di TV. Dari berbagai cerita, rusaknya hubungan ayah dan ibu (karena pihak
ketiga misalnya) adalah penyebab anak-anak menjadi ’rusak’; kecanduan narkoba,
terjerumus dalam pergaulan bebas, dll. Memang ini tidak bisa menjadi patokan
umum, tapi ini terjadi di dalam keluarga anak-anak Tuhan. Lain lagi sebuah
contoh yang ada dalam buku: ’Liku-liku Problema Rumah Tangga’, hal.89. Ada
seorang gadis yang bercerita kepada penulis bahwa ia sering kali dipukuli oleh
ayahnya (ketika kecil) sampai babak belur dan dimasukkan ke sebuah kotak
tertutup sampai ia minta dikeluarkan. Setelah dewasa ia baru tahu duduk
perkaranya, bahwa jika ibunya tidak mau melayani ayahnya di tempat tidur,
keesokkan harinya ayahnya akan memukuli anak-anaknya sampai babak belur.
Hubungan yang terjalin
pasti memiliki pola seperti menjahit pakaian juga ada polanya. Pola hubungan
Ishak dan Ribka adalah pola yang kurang baik. Dimana mereka memiliki anak kesayangan
masing-masing (Kej 25:28) yang terlihat ’menggantikan komunikasi’ di antara
mereka. Ishak sayang dengan Esau, Ribka kasih dengan Yakub, namun ayah dan ibu
terlihat tidak dekat karena "maksud" ayah tidak disampaikan langsung
kepada ibu atau apa yang diketahui Ribka tidak diberitahukan kepada Ishak
mengenai perkataan Tuhan sebelum Ribka melahirkan, dimana yang tua akan menjadi
hamba yang lebih muda (berbeda dengan hana yang menyampaikan kesusahan hatinya
kepada Elkana suaminya. 1Sam 1:8). Jika ada komunikasi di antara mereka mungkin sekali peristiwa penipuan dan
perpecahan/ perpisahan antara yakub dan Esau itu tidak akan terjadi. Meski pada
akhirnya mereka berbaikan, dua bangsa besar; Israel (keturunan Yakub) dan Edom
(keturunan Esau), selalu berperang.
Kita seharusnya
dapat menghindari berbagai masalah keluarga jika suami-istri memiliki tiga
pilar penyanggah (Intimacy/komunikasi,
passion/kegairahan, commitment/kesetiaan) rumah tangga.
Selain juga tentunya pola hubungan suami-istri yang baik. Pola hubungan
suami-istri yang baik di bawah ini bisa menjaga kita dari berbagai masalah yang
tidak perlu dan yang berkepanjangan. Pola tersebut antara lain adalah kebisaan
dan kebiasaan:
-
Mengekspresikan emosi yang lembut ketika sedang marah.
Ketika marah mengatakan bagaimana ”Saya merasa...” (Mis: ”Saya merasa tidak
disayangi jika kepentinganku tidak didahulukan”) bukan menghakimi ”kamu selalu...!”
(Mis: ”Kamu selalu tidak mau mengerti bahwa jam 7 seharusnya sudah pulang!)
-
Melakukan usaha perbaikan setelah perdebatan atau
pertengkaran. Beberapa keluarga menerapkan pola: ’sebelum selesai duduk perkara masalah, tidak akan melakukan hal yang
lainnya.’
-
Selalu mau ’minta maaf’ tidak hanya setelah
pertengkaran/konflik, tapi juga setiap kali berespon emosional, dan ketika
tidak memahami perasaan pasangan.
-
Menumbuhkan sifat/sikap yang positif sebagai hasil dari
hubungan. Seperti kebiasaan-kebiasaan yang baru: belajar berolah-raga karena
pasangan suka berolah raga, dll.
-
Selalu sensitif terhadap kelemahan masing-masing yang
perlu didukung. Mis: istri selalu susah mengatakan ”tidak” pada permintaan
orang lain, Suami mengingatkan bahwa istri perlu menolak hal yang tidak bisa
ditanganinya.
-
Keterlibatan secara emosional satu dengan yang lain.
Mis.: suami yang gusar mengenai pekerjaannya bercerita kepada istrinya mengapa
ia gusar dan istri mendengarkan bahkan mendoakan, pada saat itu juga berdoa
berdua untuk meminta solusi yang terbaik. Jika memang sangat menyakitkan dan
perlu menangis, menangis bersama.
Pertanyaan :
Apakah tiga pilar dalam pernikahan Saudara ada dan berjalan seimbang di rumah
Saudara? Bagi Saudara apakah kebiasaan meminta maaf pada pasangan adalah hal
yang dapat dilakukan?
‘Buatlah
keputusan memilih jodoh dengan hati-hati dan diiringi doa...karena Anda sedang
mempertaruhkan diri Anda untuk selamanya’ –James C. Dobson
Jumat, 19 Oktober 2012
Mengatasi Masalah dengan ‘Bersukacita’
Filipi 4 : 4-7
Billy berusia 17 tahun pada saat seorang bekas petinju bayaran yang telah berubah menjadi penginjil, datang ke kota Charlote. Mordecai Ham, seorang penginjil yang berapi-api dan suka menunjuk orang-orang yang berdosa secara langsung.
Pemimpin-pemimpin Gereja di kota Charlote menganggap Mordecai Ham sebagai pengganggu. Mereka menolak permintaan izinnya untuk membangun sebuah tenda. Namun dengan pertolongan orang-orang awam, bekas petinju itu memasang tenda tepat di luar batas kota. Ia mengadakan kebaktian kebangunan rohani (KKR) selama beberapa minggu di kota tersebut.
Billy adalah seorang pemuda tinggi ramping, berambut ikal, dan pirang, setiap Minggu pergi ke gereja bersama orang tuanya yang saleh. Ia tidak merokok maupun minum-minuman keras. Walaupun ayahnya seorang pendukung kuat Mordecai Ham, Billy tidak bersusah-susah menghadiri sebelumnya, karena ada hal-hal lain yang harus dilakukannya.
Pengunjung Kebaktian Kebangunan Rohani itu cukup banyak bagi kota Charlote -- 5.000 orang. Orang-orang berkata bahwa itu merupakan jumlah terbesar yang pernah dialami penduduk Negara Bagian Carolina. Billy dan temannya di SMA berjalan melewati jalan kecil di antara deretan bangku dan duduk di bangku yang keras.
Khotbah yang disampaikan pengkhotbah berbadan besar itu sangat tidak berkesan bagi Billy, sampai pengkhotbah itu mengacungkan jari menunjuk ke arah Billy serta berteriak, "Kamu berdosa." Billy yang selalu siap menangkap bola tidak siap untuk main tangkap-tangkapan dengan pengkhotbah itu. Ia menundukkan kepalanya yang berambut pirang dan bersembunyi di belakang topi seorang wanita di depannya.
Dua malam kemudian Billy datang lagi, membawa seorang teman, namanya Albert McMakin. Selama beberapa malam seterusnya, kedua orang itu hadir bersama-sama. Penginjil yang berapi-api itu terus meyakinkan Billy bahwa ia harus memilih sorga atau neraka.
Pada suatu malam Billy membawa seorang teman lain, Grady Wilson. "Mari kita duduk di bagian paduan suara," usul Billy, walaupun ia tahu ia tidak dapat menyanyi. Maka kedua orang itu duduk di belakang mimbar (tempat paduan suara), selamat dari pandangan pengkhotbah yang suka memukul mimbar itu.
Mordecai Ham tidak menunjukkan jarinya kepada Billy malam itu, namun demikian Billy mendapat pukulan dari khotbahnya pada saat pengkhotbah itu berkata, "Malam ini, ada orang yang sangat berdosa di sini."
Ia mengatakan tentang saya, pikir Billy. Seseorang pasti telah memberi tahu dia bahwa saya ada di sini. Pengkhotbah itu mengakhiri khotbahnya dan memberi undangan bagi orang-orang yang mau bertobat. Billy menahan napasnya pada saat paduan suara itu mulai menyanyi. Setelah menyanyi sebentar, ia tidak dapat bertahan lagi. "Ayo, Grady," ia berkata kepada temannya.
Kedua orang itu turun dari paduan suara dan berdiri di depan. Mengingat keputusannya, Billy Graham berkata, "Hal itu seperti tinggal di luar pada hari yang gelap dan sinar matahari menembus melalui lapisan awan. Segalanya tampak berbeda. Untuk pertama kalinya, saya merasakan sukacita dilahirkan kembali."
Rasul Paulus
dalam ayat 4 juga berbicara mengenai sukacita. Sukacita itulah yang dimintanya
selalu kita lakukan karena ”bersukacita” adalah sebuah kata kerja bukan sekedar
perasaan. Kita bersukacita karena pertama,
tidak ada hal yang lebih penting dibandingkan keselamatan yang sudah kita
terima, yang patut kita kuatirkan. Sukacita itu sudah ada dalam hati kita.
Seperti yang dialami Billy Graham dan kita rasakan pertama kali kita mengaku
percaya, sukacita itulah yang terus harus kita rasakan. Memang rasanya tidak
mungkin kita tidak kuatir; meski kita sudah tahu, kita masih saja tidak bisa
menghilangkan kekuatiran. Pada saat seperti inilah kita hanya perlu bertindak
dalam iman; ’just don’t worry’ /berhenti
kuatir dan mulai bersukacita. Kedua,
kita hanya perlu meletakkan segala kekuatiran itu ke tangan Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Ketiga,
dengan bersukacita kita tidak hanya menghabiskan waktu untuk diri sendiri dan
memikirkan jalan keluar atas masalah kita sendiri tapi kita juga masih punya
waktu untuk membagikan kebaikan kepada orang lain.
Pertanyaan: Sudahkah
kita bersukacita melewati setiap persoalan?
Allah dapat menyembuhkan hati yang hancur, tetapi Ia
harus memiliki semua kepingannya.